Terdapat berbagai fungsi arsitektur
dalam pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Selain berfungsi sebagai penunjang
kegiatan manusia, arsitektur juga dapat menggambarkan kondisi budaya masyarakat yang ada pada suatu area
tertentu. Untuk mempertahankan nilai kebudayaan yang ada, arsitek perlu melakukan
tindakan-tindakan khusus. Salah satunya ialah konservasi arsitektur.
Konservasi Arsitketur adalah konsep proses pengelolaan
suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung
didalamnya terpelihara dengan baik. Konsep mengenai konservasi arsitektur tidak
hanya mengenai bagaimana melestarikan / mempertahankan bangunan, monumen, benda
bersejarah yang ada tetapi juga tentang bagaimana membangun suatu bangunan baru
yang dapat menyesuaikan dengan kondisi setempat dengan mengangkat nilai-nilai
budaya yang ada. Salah satu contoh teknik konservasi arsitektur yang ada ialah
Hotel Prama Grand Preanger di Bandung.
Hotel Prama Grand Preager
Hotel ini
berlokasi di Jalan Asia Afrika No.81, Braga,
Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat. Berpusat di kota bandung, hotel ini
telah memiliki lisensi kelas hotel bintang 5 dan telah menjadi salah satu hotel
besar dan tertua di bandung. Hotel ini
didesain ulang oleh Wolff Schoemaker pada tahun 1929 yang dibantu oleh seorang
muridnya yaitu Ir. Soekarno (Presiden Pertama RI) dengan bergaya arsitektur Art
Deco geometrik.
Sejarah Bangunan
Sejarah
Grand Hotel Preanger dimulai dari Priangan planters (pemilik perkebunan) yang
sering menghabiskan akhir pekan mereka di Bandung. Pada saat itu, kebutuhan
utama mereka disediakan oleh sebuah toko di Groote Postweg (sekarang menjadi Jalan Asia Afrika).
Keberadaan toko tersebut tidak berjalan lama dan mengalami kebangkrutan pada
tahun 1897.
Oleh seorang Belanda
bernama W.H.C Van Deeterkom, toko tersebut diubah menjadi sebuah hotel yang
diberi nama Hotel Thiem, yang kemudian berubah nama menjadi Hotel Preanger.
Baru pada tahun 1920, nama Hotel Preanger berubah menjadi Grand Hotel Preanger.
Grand Hotel Preanger–bangunan bergaya Indische Empire–akhirnya direnovasi dan didesain ulang pada tahun 1929 oleh C.P.Wolff Schoemaker dan dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno. Bangunan tersebut menjadi landmark dan kebanggan kota Bandung dan gaya arsitekturnya tetap dipertahankan hingga kini.
Pada tahun 1955, kota Bandung dipilih menjadi tuan rumah
penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika, dan Grand Hotel
Preanger dipercaya sebagai salah satu hotel tempat menginap tamu VIP dan
beberapa kepala negara. Presiden RI, Ir. Soekarno, sempat bernostalgia
sekaligus meninjau kesiapan penyelenggaraan pada awal tahun 1955.
Sejak
tahun 1957, Grand Hotel Preanger dinasionalisasi menjadi milik negara dan
pengelolaan hotel pun diambil alih dari perusahaan Belanda kepada Perusahaan
Daerah Jawa Barat. Sejak saat itu Grand Hotel Preanger banyak mengalami
pergantian pengelola hingga akhirnya, pada tahun 1987 (melalui BOT) dikelola
oleh PT Bina Inti DInamika (BID) yang sahamnya dimiliki oleh PT Aero Wisata
(anak perusahaan PT Garuda Indonesia) dan PT Martel (Medco Group), dan
dioperasikan oleh Aerowisata Hotel Management (AHM).
Pada tahun 1988, Grand
Hotel Preanger menambah kapasitas jumlah kamar dan fasilitas hotel dengan
bangunan tower setinggi 10 lantai yang kemudian dilanjutkan dengan renovasi
pada tahun 2010 – 2013. Meskipun ada pengembangan dan renovasi, bangunan bersejarah tetap dipertahankan dan
ornamen art deco pun diaplikasikan pada interior baru untuk mempertahankan
ciri khas Grand Hotel Preanger sebagai Heritage Art Deco Building.
Asisten
Manager PR Grand Hotel Preanger Christine Effendy mengatakan di samping
penambahan kamar, dilakukan berbagai renovasi area yang terdiri dari area
lobby, Preanger Restaurant, Ristorante Italiano, Ramayana Ballroom, Cyber
Lounge, Pusat Kebugaran serta Kolam Renang.
Meskipun telah direnovasi, Grand Hotel
Preanger tetap menampakkan eksterior klasiknya yang bersejarah. ”Kami tetap
mempertahankan pola-pola art deco sebagai ciri khas Grand Hotel Preanger,”
papar Christine yang didampingi oleh PR Officer Suksma Ratri.
Wajah asli dari bangunan hotel ini dapat
dilihat dari Jl. Asia Afrika maupun Jl. Tamblong. Sebuah bangunan bersejarah
dengan gaya arsitektur berselera tinggi. Dipertahankannya bangunan lama ini
justru menjadi daya tarik hotel yang letaknya berdekatan dengan Gedung
Asia-Afrika ini. Banyak tamu yang sengaja datang untuk bernostalgia. Menurut
Christine setiap bulan Juni-Juli biasanya datang menginap wisatawan asal
Belanda. Jumlahnya berkisar antara 60 orang. Mereka sengaja datang untuk
mengenang kembali kehidupan di masa lalu semasa tinggal di Bandung. ”Kebanyakan
mereka usianya sudah lanjut. Dan mereka pernah tinggal di Bandung di saat
mudanya,” timpal Christine. Tak jarang ada di antara mereka yang mengajak anak
cucunya. Eksterior bangunan maupun
ornamen yang tak berubah sehingga mampu mendatangkan nuansa kenangan di masa
lalu membuat mereka memilih tinggal di Grand Hotel Preanger.
Masih dipertahankannya bentuk bangunan
kuno membuat Grand Hotel Preanger memiliki nilai lebih. Banyaknya bermunculan
hotel-hotel baru di Bandung tak membuat Grand Hotel Preanger tergeser dari
persaingan. Hal ini terlihat dari tingkat hunian (Okupansi) yang bisa mencapai
70 persen. Okupansi ini melebihi okupansi rata-rata hotel di Bandung. Sementara
saat weekend okupansi naik menjadi 85 persen. Sedangkan saat long weekend
okupansinya bisa sampai 100 persen. Menurut Christine tamu domestik sebagian
besar berasal dari Jakarta. Sementara tamu asing berasal dari Eropa, Amerika,
Timur Tengah serta negara-negara di Asia seperti Jepang, Korea, Taiwan,
Malaysia, Brunei Darussalam serta India. Di antara tamu asing yang pernah
menginap adalah mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.
Sejarah perjalanan yang direnda oleh
Grand Hotel Preanger memang sangat panjang. Grand Hotel Preanger merupakan
bukti hotel yang mampu eksis dengan bentuk bangunan kuno. Kehadiran hotel-hotel
baru dengan arsitektur masa kini terbukti tak mampu menggeser Grand Hotel
Preanger sebagai sebuah hotel ternama. Dari sejak dulu, kini dan nanti.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar