yorel

yorel
it's me

Blog Content

Kamis, 17 Mei 2018

Konservasi Arsitektur - Hotel Prama Grand Preanger Bandung


Terdapat berbagai fungsi arsitektur dalam pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Selain berfungsi sebagai penunjang kegiatan manusia, arsitektur juga dapat menggambarkan kondisi  budaya masyarakat yang ada pada suatu area tertentu. Untuk mempertahankan nilai kebudayaan yang ada, arsitek perlu melakukan tindakan-tindakan khusus. Salah satunya ialah konservasi arsitektur.
Konservasi Arsitketur adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Konsep mengenai konservasi arsitektur tidak hanya mengenai bagaimana melestarikan / mempertahankan bangunan, monumen, benda bersejarah yang ada tetapi juga tentang bagaimana membangun suatu bangunan baru yang dapat menyesuaikan dengan kondisi setempat dengan mengangkat nilai-nilai budaya yang ada. Salah satu contoh teknik konservasi arsitektur yang ada ialah Hotel Prama Grand Preanger di Bandung.

Hotel Prama Grand Preager





Hotel ini berlokasi di Jalan Asia Afrika No.81, Braga, Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat. Berpusat di kota bandung, hotel ini telah memiliki lisensi kelas hotel bintang 5 dan telah menjadi salah satu hotel besar dan tertua di bandung. Hotel ini didesain ulang oleh Wolff Schoemaker pada tahun 1929 yang dibantu oleh seorang muridnya yaitu Ir. Soekarno (Presiden Pertama RI) dengan bergaya arsitektur Art Deco geometrik.





Sejarah Bangunan


Sejarah Grand Hotel Preanger dimulai dari Priangan planters (pemilik perkebunan) yang sering menghabiskan akhir pekan mereka di Bandung. Pada saat itu, kebutuhan utama mereka disediakan oleh sebuah toko di Groote Postweg (sekarang menjadi Jalan Asia Afrika). Keberadaan toko tersebut tidak berjalan lama dan mengalami kebangkrutan pada tahun 1897.

Oleh seorang Belanda bernama W.H.C Van Deeterkom, toko tersebut diubah menjadi sebuah hotel yang diberi nama Hotel Thiem, yang kemudian berubah nama menjadi Hotel Preanger. Baru pada tahun 1920, nama Hotel Preanger berubah menjadi Grand Hotel Preanger.

Grand Hotel Preanger–bangunan bergaya Indische Empire–akhirnya direnovasi dan didesain ulang pada tahun 1929 oleh C.P.Wolff Schoemaker dan dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno. Bangunan tersebut menjadi landmark dan kebanggan kota Bandung dan gaya arsitekturnya tetap dipertahankan hingga kini.


Pada tahun 1955, kota Bandung dipilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika, dan Grand Hotel Preanger dipercaya sebagai salah satu hotel tempat menginap tamu VIP dan beberapa kepala negara. Presiden RI, Ir. Soekarno, sempat bernostalgia sekaligus meninjau kesiapan penyelenggaraan pada awal tahun 1955.




Sejak tahun 1957, Grand Hotel Preanger dinasionalisasi menjadi milik negara dan pengelolaan hotel pun diambil alih dari perusahaan Belanda kepada Perusahaan Daerah Jawa Barat. Sejak saat itu Grand Hotel Preanger banyak mengalami pergantian pengelola hingga akhirnya, pada tahun 1987 (melalui BOT) dikelola oleh PT Bina Inti DInamika (BID) yang sahamnya dimiliki oleh PT Aero Wisata (anak perusahaan PT Garuda Indonesia) dan PT Martel (Medco Group), dan dioperasikan oleh Aerowisata Hotel Management (AHM).
Pada tahun 1988, Grand Hotel Preanger menambah kapasitas jumlah kamar dan fasilitas hotel dengan bangunan tower setinggi 10 lantai yang kemudian dilanjutkan dengan renovasi pada tahun 2010 – 2013. Meskipun ada pengembangan dan renovasi, bangunan bersejarah tetap dipertahankan dan ornamen art deco pun diaplikasikan pada interior baru untuk mempertahankan ciri khas Grand Hotel Preanger sebagai Heritage Art Deco Building.
Asisten Manager PR Grand Hotel Preanger Christine Effendy mengatakan di samping penambahan kamar, dilakukan berbagai renovasi area yang terdiri dari area lobby, Preanger Restaurant, Ristorante Italiano, Ramayana Ballroom, Cyber Lounge, Pusat Kebugaran serta Kolam Renang.
Meskipun telah direnovasi, Grand Hotel Preanger tetap menampakkan eksterior klasiknya yang bersejarah. ”Kami tetap mempertahankan pola-pola art deco sebagai ciri khas Grand Hotel Preanger,” papar Christine yang didampingi oleh PR Officer Suksma Ratri.



Wajah asli dari bangunan hotel ini dapat dilihat dari Jl. Asia Afrika maupun Jl. Tamblong. Sebuah bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur berselera tinggi. Dipertahankannya bangunan lama ini justru menjadi daya tarik hotel yang letaknya berdekatan dengan Gedung Asia-Afrika ini. Banyak tamu yang sengaja datang untuk bernostalgia. Menurut Christine setiap bulan Juni-Juli biasanya datang menginap wisatawan asal Belanda. Jumlahnya berkisar antara 60 orang. Mereka sengaja datang untuk mengenang kembali kehidupan di masa lalu semasa tinggal di Bandung. ”Kebanyakan mereka usianya sudah lanjut. Dan mereka pernah tinggal di Bandung di saat mudanya,” timpal Christine. Tak jarang ada di antara mereka yang mengajak anak cucunya. Eksterior bangunan maupun ornamen yang tak berubah sehingga mampu mendatangkan nuansa kenangan di masa lalu membuat mereka memilih tinggal di Grand Hotel Preanger.


Masih dipertahankannya bentuk bangunan kuno membuat Grand Hotel Preanger memiliki nilai lebih. Banyaknya bermunculan hotel-hotel baru di Bandung tak membuat Grand Hotel Preanger tergeser dari persaingan. Hal ini terlihat dari tingkat hunian (Okupansi) yang bisa mencapai 70 persen. Okupansi ini melebihi okupansi rata-rata hotel di Bandung. Sementara saat weekend okupansi naik menjadi 85 persen. Sedangkan saat long weekend okupansinya bisa sampai 100 persen. Menurut Christine tamu domestik sebagian besar berasal dari Jakarta. Sementara tamu asing berasal dari Eropa, Amerika, Timur Tengah serta negara-negara di Asia seperti Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam serta India. Di antara tamu asing yang pernah menginap adalah mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.
Sejarah perjalanan yang direnda oleh Grand Hotel Preanger memang sangat panjang. Grand Hotel Preanger merupakan bukti hotel yang mampu eksis dengan bentuk bangunan kuno. Kehadiran hotel-hotel baru dengan arsitektur masa kini terbukti tak mampu menggeser Grand Hotel Preanger sebagai sebuah hotel ternama. Dari sejak dulu, kini dan nanti.

Sumber:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar